Awalnya aku mendekatimu dengan penuh kepercayaan dan tiba-tiba kau bilang sayang padaku dengan penuh kebahagiaan, aku begitu bahagia mendengar ucapanmu, kegelapan malam menari bersama bulan dan bintang, namun sedikit mendung menyapa memberi pengharapan dan keraguan, semua keraguan pun terjawab, kau hanya menyayangiku dengan penuh kepalsuan.
Senja telah berlalu ditemani mendung yang tak berarti, hari-hariku masih begini dengan rindu yang tak kunjung pergi, kaulah sekeras-kerasnya batu, sesukamu datang dan berlalu, kau biarkan aku menangis di pojok pilu, begitu menyiksa, dan kau tak pernah sadar jika kau telah menyebabkan hati ini terluka, setiap kau mencariku dan membutuhkanku aku selalu ada untukmu, tapi kau tak pernah menghargai usahaku, kau kini lebih mencintai hati baru dari pada aku, kini aku ingin menguap dan terhempas dari mu.
Kau bercerita tentang si hati baru kepadaku tanpa berfikir bahwa aku terluka karna itu, kau meminta saran kepadaku untuk mendekati si hati baru tanpa berfikir bahwa aku tersiksa karna itu, seribu usaha kubuat bersama senja ini, tapi kau begitu mudah menengelamkanya bersama mentari, sadarlah aku lebih mencintaimu dibanding si hati baru yang jelas-jelas tak mencintaimu.
Setidaknya aku sudah berusaha menjadi daun yang mengisi kekosongan reranting, walau pada akhirnya aku jatuh tertiup angin, tapi aku tak menyesal karna bertemu denganmu, karna aku sudah mendapatkan cinta baru, yang pasti jauh lebih baik darimu, maukah kau selamatkan hatiku lagi? aku salah bernaung, aku salah berpijak, aku salah berteduh, aku tau pasti jawabanmu "tidak", tapi tak apa karna yang menyelamatkan hatiku adalah cintaku yang baru, yang jauh lebih menyayangiku.
Kamu tiba-tiba datang dengan membawa sebuah kata yaitu "maaf", kemudian aku bertanya sembari terheran, "Minta maaf untuk apa?", dan kamu menjawab "Minta maaf untuk segala perkataan yang membuat kamu sakit", dan aku dengan mudah memaafkan, karna itu semua lewat percakapan, sebenarnya hatiku saja yang tak sanggup untuk mengungkapkan, jika bukan perkataanmu saja yang menyakitkan tapi semuanya.
Kita berbincang tentang sebuah hubungan mu dengan dia, kamu berkata tak ada apa-apa dengan dia, tapi itu hanya kata yang keluar dari mulutmu, bukan dari hatimu, aku tak tau apa isi hatimu, tapi aku yakin dihatimu tak lagi ada aku, kau tau ? bahkan aku tak sanggup, menolong hati ketika jatuh di perangkap cinta yang kau ciptakan.
Di jalan penuh genangan ini, banyak kutemukan rindu yang tersangkut, bahkan bayangan mu terus mengikuti, entah sebuah rasa yang tak tersampaikan atau mungkin terabaikan, sadarlah..!
ada seseorang yang terus berjuang untuk membuatmu bahagia dan selalu tertawa, yaitu aku, tapi mengapa engkau memilih dia dari pada aku?
Malam ini aku anggap sebagai pengantar kepergianmu kepelukannya, berbahagilah, aku aminkan semuanya untukmu, pada musim kita yang pernah di penuhi tawa, kini memuai menjadi apa?, tentang kenangan bahagia saat kita bersama dulu, kau tak menyadari, bahwa kau telah melukis embun di kedua mataku dengan pahitnya tentangmu, tentang musim mu yang telah berganti menjadi bukan lagi aku, bisa apa aku.
Tapi tiba-tiba kamu memberikanku sebuah harapan, membuat aku menjadi bangkit untuk tak menyerah dan selalu berharap, walaupun semua harapan itu pasti akan timbul luka, aku rela, asalkan luka itu tak sia-sia, agar kita dipertemukan kembali walau tak tau sudah berapa usia kita, aku tak perduli kau jodohku atau bukan, karena di luar tentang itu semua, kau adalah apa yang selalu aku perjuangkan.